Dari Lokakarya Sekolah Penggerak Hingga Pohon Tumbang: Cerita Perjalanan Hari Ini

Lokakarya Perencanaan Berbasis Data - PSP Angkatan 2
Lokakarya PSP Angkatan 2 Perencanaan Berbasis Data

Hari ini, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Lokakarya Program Sekolah Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Purbalingga yang bertempat di SMA Negeri 1 Padamara. Kegiatan ini fokus pada Perencanaan Berbasis Data, salah satu hal yang penting untuk peningkatan kualitas pendidikan di setiap sekolah. Setiap sekolah penggerak mengirimkan perwakilan yang terdiri dari Kepala Sekolah dan dua orang guru. Saya sendiri merasa sangat antusias mengikuti lokakarya ini karena bisa bertukar pengalaman dengan rekan-rekan dari sekolah lain, selain tentunya juga mendapat banyak ilmu baru.

Fasilitator yang Inspiratif: Bapak Purwanto, M.Pd.

Pagi itu, kami disambut dengan semangat oleh Bapak Purwanto, M.Pd., yang menjadi fasilitator dalam kegiatan lokakarya ini. Beliau dengan ramah dan santai menjelaskan bahwa inti dari perencanaan berbasis data adalah bagaimana kita, sebagai pendidik, bisa mengambil keputusan yang tepat berdasarkan Rapor Pendidikan tahun 2024.

“Apa yang bapak/ibu lakukan jika terdampar di sebuah pulau?” Pak Purwanto memulai materi dengan menampilkan gambar pulau terpencil yang di sekelilingnya hanya ada lautan luas. Para peserta lokakarya antusias dalam menjawab, ada yang bertahan hidup, bersyukur karena pulaunya indah, bahkan ada yang langsung menjelasakan teknis bertahan hidup seperti apa.

“Inilah gambaran bapak/ibu di sekolah. Bapak/ibu terdampar di sekolah tersebut dan harus menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil terlebih dahulu” Pak Purwanto menerangkan dengan santai namun sangat mengena.

Saya langsung setuju. Terkadang, kita sering mengambil keputusan di sekolah berdasarkan kebiasaan atau perasaan, padahal ada data konkret yang bisa memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi sebenarnya.

***

Membedah Rapor Pendidikan dan Diskusi Seru

Setelah penjelasan umum dari Pak Purwanto, kami masuk ke sesi inti: membedah Rapor Pendidikan sekolah masing-masing. Di sinilah suasana mulai semakin seru. Setiap sekolah mulai mengulik bagian Prioritas Rekomendasi dan Kegiatan Benahi yang muncul dari analisis data. Saya dan rekan-rekan sekolah saya pun langsung berdiskusi hangat tentang bagaimana memprioritaskan langkah-langkah yang paling relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kami.

“Wah, ternyata sekolah kita harus fokus pada peningkatan literasi siswa,” gumam salah satu rekan saya ketika melihat hasil analisis. Tidak heran, literasi memang menjadi salah satu perhatian utama dalam pendidikan di era digital ini.

Beberapa sekolah lain juga mulai berbagi hasil rapor mereka. Ada yang lebih fokus pada numerasi, ada pula yang ingin memperbaiki manajemen sekolah agar lebih efisien.

Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Aksi Nyata

Setelah diskusi intens, kami diminta menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT). Proses ini cukup menantang karena kami harus memilih prioritas mana yang benar-benar penting dan membuat langkah-langkah yang jelas untuk mencapainya.

“Kalau kita ingin meningkatkan literasi, kira-kira langkah konkritnya apa ya?” tanya saya pada rekan guru. Kami mulai memetakan program-program yang mungkin dilakukan, dari pelatihan guru hingga peningkatan fasilitas perpustakaan.

Akhir kegiatan, setiap sekolah diminta untuk membuat Rencana Aksi Nyata untuk tiga bulan ke depan. Ini lebih spesifik dan detil dibandingkan RKT. Kami benar-benar harus memikirkan cara agar rencana ini bisa diwujudkan dalam waktu singkat.

***

Sesi ini ditutup dengan senyuman penuh kepuasan. Meski waktu yang singkat, kami berhasil menyusun rencana yang solid untuk membawa perubahan positif di sekolah.

Drama di Jalan Pulang: Pohon Tumbang dan Genangan Air

Setelah acara selesai, saya dan rekan-rekan bersiap untuk pulang. Semuanya tampak normal sampai di tengah perjalanan, saya melihat sesuatu yang tak terduga: sebuah pohon besar tumbang di tengah jalan! Pohon itu menutup satu arah jalur, tepat di arah yang berlawanan dari arah saya pulang.

“Untung saja saya di jalur ini,” gumam saya sambil tertawa kecil, mencoba membuat suasana hati lebih ringan. Meskipun pohon itu tidak mengganggu perjalanan saya, pemandangan tersebut cukup dramatis. Di sekitar area tersebut, genangan air juga terlihat mulai naik, bahkan mencapai setengah ban motor. Wah, kondisi jalanan ini cukup menguji adrenalin! Saya harus lebih berhati-hati melintas.

***

Refleksi dari Lokakarya

Pengalaman lokakarya ini memberikan banyak sekali pelajaran bagi saya, bukan hanya tentang pentingnya perencanaan berbasis data, tetapi juga tentang bagaimana bekerja secara kolaboratif dengan rekan guru dan kepala sekolah. Satu hal yang saya pelajari dari acara ini adalah bahwa data bisa menjadi alat yang sangat powerful jika dimanfaatkan dengan baik. Saya semakin yakin bahwa perbaikan pendidikan membutuhkan pendekatan yang strategis dan terarah.

Tak lupa, perjalanan pulang yang penuh drama menambah warna dalam cerita hari itu. Terkadang, hal-hal tak terduga bisa memberi kita pelajaran untuk lebih waspada dan bersyukur—bahwa selalu ada jalan pulang, meski harus melewati genangan air dan pohon tumbang.

***

Tips Penting untuk Guru Sekolah Penggerak:

  1. Manfaatkan Data Rapor Pendidikan: Data ini bisa menjadi panduan yang sangat baik untuk menentukan prioritas perbaikan sekolah.
  2. Libatkan Semua Pihak dalam Penyusunan Rencana: Diskusi dengan kepala sekolah, guru, dan pihak lain akan memperkaya perspektif dalam menyusun program kerja.
  3. Terapkan Rencana Aksi Nyata Secara Bertahap: Mulailah dengan langkah-langkah kecil yang bisa segera diimplementasikan, kemudian lanjutkan ke hal-hal yang lebih besar.
  4. Bersiaplah untuk Tantangan di Lapangan: Sama seperti pohon tumbang di jalan, dalam implementasi program, pasti akan ada hambatan. Yang penting adalah tetap tenang dan menemukan solusi terbaik.

Akhirnya, setelah semua pengalaman hari itu, saya pulang dengan hati lega dan optimisme tinggi. Siap membawa perubahan positif untuk sekolah!